20 December 2012

Hari ini nggak jualan Siomay

Warung IW
Sudah 2 hari IW nggak jualan Siomay. Ada persoalan dengan keuangan IW. Modal yang diharapkan bisa berputar, gagal dilakukan.

Kenapa?

Musim hujan yang datang kali ini menjadi penyebab amburadulnya perputaran modal. IW sudah menerapkan trik HIT and RUN.

Apa itu?

Hit adalah Hitung, kalau cukup RUN atau jualan. Kalau nggak STOP! Artinya ketika hasil jualan hari ini cukup untuk modal jualan besok, jualan Siomay jalan tetapi kalau nggak cukup, berhenti, libur aja. Kalau jalan malah babak belur.

Celakanya Hit And Run yang dijalankan IW, ada saja kendalanya. Contohnya hari ini, sudah 2 hari IW nggak jualan karena modal menipis.

Awalnya karena sering hujan dan sepi, pendapatan IW turun draktis. Keuntungan yang kadang disisihkan untuk menutup kerugian, habis terpakai.

2 hari yang lalu, IW mencoba Hit and Run. IW dapat uang Rp 50.000,- dari hasil jualan hari itu. Dengan uang itu buat modal hanya bisa dialokasikan Rp 25.000,-. Akhirnya IW mencoba Hit and Run. Uang itu buat belanja saja, begitu kata IW pada istrinya. Besok, IW akan mencari pinjaman ke rentenir Rp 100.000,- untuk modal.

Setelah diputuskan, besoknya IW mencari pinjaman ke rentenir di pasar Lengkong. Hasilnya? IW nggak ketemu dengan rentenir itu. Wah celaka, kata IW. Gimana yach?

Uang modal yang dibuat belanja masih cukup buat libur 1 hari lagi, buat besoknya lagi? Nggak tahu. begitu kata IW. IW mencoba berusaha lagi untuk meminjam uang ke rentenir di pasar. Hasilnya? Nggak ketemu lagi.

Ya sudah, saya pasrah aja deh, kata IW. Akhirnya hari ini hari ke 2 IW nggak jualan Siomay! Apes! Keluarga IW hanya bisa makan dengan nasi dan garam plus kecap manis!

Itulah Desa Lengkong, Lengkong bukan kayak Jakarta. Di Jakarta banyak pendatang sehingga mereka dalam hal makan mengambil jalan praktis, membeli makanan.

Disamping itu perputaran uang di Jakarta nyaris mendekati angka 70%. Dengan modal perputaran uang yang tinggi, Jakarta menjadi impian setiap orang untuk berjibaku memperebutkan uang tersebut.

Perputaran uang di Lengkong, cukup menyedihkan! Pasar Lengkong yang diharapkan mampu mengangkat perputaran uang, setiap hari SEPI!

Di Lengkong pernah ada pabrik rokok merek lokal. Lengkong juga memiliki hasil pertanian tembakau. Tetapi sayang meskipun dekat dengan sumber tembakau, pabrik itu TUTUP karena nggak ada yang beli rokok produksinya.

Usaha makanan tidak semuanya bagus. Hanya makanan tertentu saja. Maklum Lengkong belum menjadi masyarakat kuliner. Bagaimana bisa kuliner kalau mencari uang saja sulit.

Ada beberapa warung yang masih bertahan di Lengkong. Mereka menjual makanan non kuliner yaitu makanan yang memang dibutuhkan untuk kenyang.

Contohnya: Nasi Goreng, Rawon, Soto Ayam dan sejenisnya. Harga yang dipatok menyesuaikan dengan keadaan ekonomi masyarakatnya.

Pernah ada bakul yang mencoba peruntungan nasib di Lengkong. Mereka menjual BUBUR AYAM JAKARTA. Hasilnya? TUTUP!

Ada lagi yang mencoba dengan membuka warung Burger. Hasilnya TUTUP!

Lain lagi, ada yang berusaha menjual ikan bakar. Mereka melihat di Lengkong belum ada warung yang menjual ikan bakar. Hasilnya?TUTUP!

Mau lagi? Ada juga yang menjual Lontong KIKIL. Hasilnya? SAMA! TUTUP!

Masih mau lagi? Jual apa lagi yach? O ada jualan yang non makanan. Seperti Tas, Sepatu dan assesoris. Mereka jualan itu dengan harga super murah! Hasilnya? He he he TUTUP!

Jadi mau jualan apa di Lengkong? Ada seorang haji asli Jakarta yang tinggal di desa Bukur, sebelahan dengan Lengkong. Kata haji itu " Ngapain jualan di Lengkong, SUSAH" katanya.

Bang Haji itu sekarang bertani. Sawahnya luas. Dia nggak mau jualan lagi di Lengkong, kapok katanya, maklum Nganjuk memang dipatok oleh PENGUASA NGANJUK menjadi daerah PERTANIAN, sehingga Nganjuk ALERGI dengan INDUSTRI. Dengan mengandalkan pertanian, NGANJUK menjadi kota yang NGGAK MENARIK bagi investor yang bergerak di bidang Industri!

Anehnya penguasa Nganjuk tetap kekeh dengan pertanian, meskipun ekonomi masyarakatnya rendah. Nggak ada yang membanggakan dari kota Nganjuk. Nggak ada klub BOLA, Nggak ada MALL, Nggak ada stasiun TV dll. Padahal kota ini dekat dengan Kediri yang FULL INDUSTRI!

Nganjuk ini dibilang orang sebagai Nyak Nyuk! Kota yang habitnya, nggak punya gairah untuk maju!

So itu aja kabar dari IW. Salam.