07 August 2012

Susahnya hidup di KAMPUNG




Kampung GUE itu dibilang kota juga kagak, dibilang desa nggak mau. Jadi kampung repot. Suasananya ramai cuman Sabtu Malam Minggu doang.

Setiap hari banyak penjual makanan di sekitar pasar Lengkong. Rata-rata mereka semua pada mengeluh karena jualannya sepi. Sama kayak GUE juga.

Warung gue sih nggak sepi-sepi banget kalau hari biasa tapi kalau puasa memang terasa sepi banget. Tahun kemarin GUE nggak berani jualan Siomay. GUE cuman jualan Es doang. Untung GUE nggak jualan Siomay tahun kemarin, setiap hari yang tanya Siomay cuman 1-2 orang. Gile!

Tahun ini GUE mencoba jualan Siomay pada bulan puasa. Dan betul, yang beli bisa dihitung dengan jari. Uh...

Sebenarnya jualan itu menyenangkan kalau banyak yang beli, bukan cuman sekedar meraih keuntungan semata tetapi buat GUE, apresiasi mereka terhadap jualan kita membuat kita senang melayani mereka yang mau beli.

Sedang yang bikin miris begini ceritanya:
Kalau GUE dan keluarga GUE kalau pengen makanan apa misalnya Bakso gitu, kita belinya sekeluarga. GUE ada 3 anak dan 1 istri jadi beli 5 mangkok Bakso buat ber-5 gitu.

Nah di Lengkong ini GUE rada miris melihat pembeli GUE. Ceritanya begini, ada suami istri yang lagi mampir ke warung GUE, beli 1 siomay dan 1 es.

Adalagi kejadian lain, suami istri dengan 2 orang anak, beli 1 siomay dan 1 es.

Yang sedih juga, ada 1 orang ibu dengan 2 anak, beli cuman 1 siomay dimakan rame-rame di warung, pake acara berebut lage.

GUE kadang-kadang nggak tega melihat kelakuan mereka. Mungkin keadaannya sama yah.... nggak punya duit, lagi bokek kale.... :)