10 July 2012

Siomay Siomay



Hari ini saya ingin bercerita tentang Siomay dan Mimpi. Cerita itu akan saya pisah dalam 2 tulisan.

Setelah semua barang dagangan Siomay dan Es Dopink siap untuk dijual maka saya menata barang dagangan itu pada rombong dagangan. Sebelumnya saya ingin jelaskan tentang Es Dopink.

Es Dopink adalah produk asli saya. Dia merupakan varian atau turunan dari Es Doger. Dan karena saya kreasikan berwarna pink, maka Es Doger itu saya namakan Es Doger Pink atau disingkat Es Dopink.

Kenapa berwarna pink? Ini kebetulan saja. Warna yang digunakan pada Es Doger saya, bernuansa merah seperti agar-agar yang berasa jambu dan gula atau dalam bahasa Jawa disebut JURUH, juga berwarna merah. Dan ketika dicampur menjadi satu dengan santan yang lezat, maka Es Dopink itu menjadi berwarna pink. Dan kebetulan itu juga wujud dari CINTA saya pada keluarga dan emh...... mantan kekasih uh ops.........????

Nah hari itu saya jualan Siomay seperti biasa. Lama saya menunggu pembeli Siomay. Namun ternyata hari itu tak kunjung ada yang membeli Siomay. Justru Es Dopink yang laris manis. Maklum saya nggak membandrol mahal untuk harga Es Dopink. Harga yang saya terapkan sangat fleksible bagi pembeli Es Dopink. Mereka bisa beli dengan harga mulai Rp 1.000,- sampai Rp 3.000,-. Cuman saya juga membatasi penjualan itu. Jadi yang boleh membeli Es Dopink seharga Rp 1.000,- itu hanya anak-anak. Kalau dewasa harganya antara Rp 2.000,- sampai Rp 3.000,-

Saya jualan Es Dopink sebagai balancing bila Siomay nggak laku. Maklum di desa. Orang desa masih belum mengenal betul Siomay. Mereka membandingkan Siomay dengan Gado-Gado.... yah begitulah.

Dan saya teruskan lagi yah... hingga sore hari sekitar jam 17.00 WIB, Siomay saya nggak ada yang membeli sama sekali. Uh sedih rasanya. Sudah capek-capek membuat Siomay, nggak laku 1 bijipun. Itulah tantangan menjadi pengusaha kecil. Ada banyak faktor terutama lingkungan yang nggak stategis.

Warung saya yang sekarang saya namakan "Warung IWE" terletak di dekat jembatan besar. Jalannya menanjak. Sehingga kendaraan yang naik atau turun berada pada kecepatan yang tinggi. Mereka ogah berpaling pada warung Siomay. Konsentrasi pengendara motor atau mobil terpusat pada kemudi. Mau pindah sudah terlanjur terkenal disitu. Jadi serba repot. Yah kita cuman bisa berharap dan berdoa agar suatu saat nanti tempat dimana saya menjual Siomay menjadi terkenal diseluruh dunia. Semoga.

Namun mekipun begitu, ada yang luar biasa sejak saya jualan Siomay di tempat itu. Entah karena kebetulan atau apa saya nggak tahu. Ada perkembangan. Saya sudah jualan Siomay ditempat itu sudah hampir 3 tahun. Dan sejak jualan, jalan kampung sudah diperbaiki dengan cara dipaving. Sekarang jalan raya yang menuju ke desa sebelah, juga sudah dibangun. Mereka akan mengaspal jalan tersebut.

Saya bersyukur pada Allah bahwa doa saya terkabul. Saya memang berharap ada perbaikan jalan disekitar tempat jualan saya. Ini dimaksudkan agar tidak berdebu. Kalau siang hari dengan panas yang terik, jalan raya yang masih belum diaspal membuat saya risih bila ada pelanggan yang makan di warung saya. Debu berterbangan mengganggu kenikmatan mencicipi Siomay dan Es Dopink saya. Terimakasih ya Allah.......