Tanya: Mas, bagaimana kabarnya? Sudah normal lagi jualannya?
Jawab: Baik aja, berkat doa semua orang, warung saya akhirnya buka lagi.
Tanya: Mas, setelah lama kita nggak tanya jawab, kita mulai lagi dengan tanya jawab ya...
Jawab: Oke, saya siap aja...
Tanya: Bisa ceritakan bagaimana saat diterpa angin puting beliung?
Jawab: Wah serem banget. Kayak di film Twister. Pernah nonton khan...
Tanya: Pernah, ngeri dong...
Jawab: Seumur-umur baru tahu rasanya ada angin kenceng banget. Selain angin disertai hujan. Jadi selain sibuk mempertahankan tenda, tubuh pada basah kuyup karena anginnya dibarengi hujan.
Tanya: Berapa orang yang ada ditenda saat kejadian itu?
Jawab: Ada 4 orang. Saya, istri, anak saya dan adik ipar. Istri saya yang paling takut. Dia teriak-teriak "Ya Allah Ya Allah" begitu.
Tanya: Kalau Mas...
Jawab: Saya sih diam saja. Sambil menenangkan pikiran, saya cari cara supaya terjangan angin nggak membuat tenda warung itu terbang.
Tanya: Wah sampai ada yang terbang segala?
Jawab: Ada. Kursi plastik ada 3 yang terbang, terus meja plastik sama timba terbang juga....
Tanya: Terus lainnya...
Jawab: Barang-barang pada berantakan. Saya khan pegang tiang tenda. Tiang tenda itu dari besi. Eh bengkok tuh tiang tenda. Tapi semua ada hikmahnya, dengan bengkoknya tenda justru menyelamatkan tenda agar tidak terbang dibawa angin.
Tanya: Kok bisa bengkok malah membuat tenda Mas selamat?
Jawab: Begini, dengan bengkoknya besi itu, otomatis atap terpalnya miring, sehingga mirip tameng. Dan dengan posisi seperti itu, angin yang menerjang atap terpal jadi naik. Terus tekanan angin membuat posisi gerobak jadi berat.
Tanya: Ada yang bantu?
Jawab: Ada. Ketika angin puting beliung menerjang lapangan bola, bedeng proyek kali Widas kena terjangan juga. Sebagian bangunannya terbang karena terbuat dari seng dan triplek. Tukang-tukang yang bekerja disitu pada kabur semua menuju rumah dekat warung saya. Salah satunya menolong kita. Semua yang ada didalam tenda memegang gerobak. Sedangkan saya tetap mempertahankan posisi tenda seperti tameng gitu.
Tanya: Dramatis juga kejadiannya...
Jawab: Kata tetangga yang juga jualan didekat jembatan. Seumur dia sampai punya cucu, baru kali ini terjadi angin puting beliung.
Tanya: Ada bangunan lain yang roboh?
Jawab: Ada, pasar hewan. Bangunan itu bentuknya persis seperti pasar tradisional. Ada ruang untuk WC dan kantor. Yang hancur ya bangunan yang bentuknya kayak pasar. Dulu juga pernah roboh sewaktu pakai atap genting. Mungkin karena berat kemudian pemda mengganti atap seng. Sekarang roboh lagi dan atap seng nya nggak tahu berhamburan kemana-mana. Bersih...
Tanya: Oke deh Mas, syukurlah kalau Mas nggak ada apa-apa saat itu. Jualan lagi apa nggak takut?
Jawab: Gimana lagi. Mau takut ya nggak makan.
Tanya: Waktu ada angin puting beliung, berapa pendapatannya?
Jawab: Saya baru dapat Rp 60 ribu. Saya tambahin ya ceritanya, begini, setelah menghitung pendapatan, saya terus melihat kearah lapangan, kok gelap. Saya kemudian berkemas-kemas. Tak berapa lama kemudian angin itu datang. Cepat sekali kejadiannya. Mulai pukul 14.30 sampai pukul 16.00.
Tanya: Lama juga yah...
Jawab: Ya begitulah kejadiannya.
Tanya: Kok nggak pindah tempat aja Mas?
Jawab: Jualan disitu sudah 3 tahun. Kalau mau pindah juga butuh biaya. Sementara darimana saya dapat uang?
Tanya: Baiklah Mas, mudah-mudahan ada yang bantuin Mas. Membantu dengan doa semoga persoalan hidup Mas bisa dipermudah...
Jawab: Amin...
Tanya: Baiklah pembaca blog yang setia. Topik kita kali ini memang tanya jawab. Sudah lama kita nggak chatting dengan Mas IW. Rindu kita kalau nggak chatting. Hanya karena topiknya agak sedih makanya kita nggak bikin tertawa. Mengingat situasi dan kondisi yang dialami Mas IW begitu berat, makanya kita tanya jawab agak serius nich... Lain waktu aja yah kalau mau ketawa... Thanks atensinya.