MOSKOW - Rabu, 25/07/2012 | 12:55 WIB-SurabayaPost.Co.Id-Pengembangan Sukhoi Superjet 100 kemungkinan akan ditunda.
Harian bisnis di Rusia, Vedomosti--sebagaimana dilansir RIA Novosti,
Rabu (25/7) --melaporkan kurangnya pendanaan dari negara menyebabkan
proyek pengembangan pesawat tersebut terhambat.
Tidak ada dana yang cukup dari negara untuk pengembangan pesawat Superjet 100. Harian itu menuliskan kondisi keuangan yang semakin menipis menempatkan proyek penerbangan ini diambang kebangkrutan.
Dana besar telah diinvestasikan untuk pengembangan pesawat ini. Antara tahun 2003 hingga 2010, setidaknya dana sebesar 563 juta dollar AS atau sekitar Rp 5,3 triliun telah ditanamkan ke Sukhoi Civil Aircraft --sebagai perusahaan pembuat pesawat--dan NPO Saturn-- sebagai pembuat mesin pesawat.
Untuk membuat satu pesawat Superjet 100 tanpa mesin, menghabiskan dana sebesar 413 juta dollar AS atau sekitar 4,13 triliun dan dana non-anggaran dari investor sekitar 676 juta dollar AS atau Rp 6,4 trilun. Ketika pesawat disertifikasi pada 2011, pemerintah Rusia memotong anggaran, karena untuk pesawat yang sudah terbang tidak lagi menerima bantuan negara.
Vedomosti juga menuliskan, saat ini Superjet kemungkinan kehilangan kontrak dengan sejumlah pembeli potensialnya, karena tidak mampu memproduksi pesawat dalam jumlah yang disepakati, sebagai dampak kekurangan finansial. Pihak Sukhoi Civil Aircraft sendiri menolak berkomentar terkait berita ini.
Sejauh ini belum ada tanggapan dari maskapai Kartika Airlines dari Indonesia yang memesan 30 pesawat jenis Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia. Komisaris yang juga menjabat Direktur Kartika Airlines, Arifin Seman, beberapa waktu lalu mengatakan pihaknya belum mengurungkan niat untuk mendatangkan 30 pesawat Sukhoi Superjet 100 untuk memperkuat armadanya.
Arifin mengungkapkan, pesawat-pesawat tersebut rencananya didatangkan secara bertahap ke Indonesia. "Ya, tahun ini mungkin dua hingga tiga pesawat. Setelah itu bertahap dan pada 2014 diharapkan seluruhnya sudah berada di Indonesia," ujarnya.
Bagi Indonesia nama Sukhoi Superjet 100 ini tak terasa asing lagi. Karena saat melakukan demo terbang pesawat ini jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat, Indonesia, pada 9 Mei 2012, sehingga menewaskan 45 orang yang berada di pesawat tersebut. Hingga kini, hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum dipublikasikan. viv
Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=07175a64289e25cc60baf30ed7832068&jenis=d41d8cd98f00b204e9800998ecf8427e
Tidak ada dana yang cukup dari negara untuk pengembangan pesawat Superjet 100. Harian itu menuliskan kondisi keuangan yang semakin menipis menempatkan proyek penerbangan ini diambang kebangkrutan.
Dana besar telah diinvestasikan untuk pengembangan pesawat ini. Antara tahun 2003 hingga 2010, setidaknya dana sebesar 563 juta dollar AS atau sekitar Rp 5,3 triliun telah ditanamkan ke Sukhoi Civil Aircraft --sebagai perusahaan pembuat pesawat--dan NPO Saturn-- sebagai pembuat mesin pesawat.
Untuk membuat satu pesawat Superjet 100 tanpa mesin, menghabiskan dana sebesar 413 juta dollar AS atau sekitar 4,13 triliun dan dana non-anggaran dari investor sekitar 676 juta dollar AS atau Rp 6,4 trilun. Ketika pesawat disertifikasi pada 2011, pemerintah Rusia memotong anggaran, karena untuk pesawat yang sudah terbang tidak lagi menerima bantuan negara.
Vedomosti juga menuliskan, saat ini Superjet kemungkinan kehilangan kontrak dengan sejumlah pembeli potensialnya, karena tidak mampu memproduksi pesawat dalam jumlah yang disepakati, sebagai dampak kekurangan finansial. Pihak Sukhoi Civil Aircraft sendiri menolak berkomentar terkait berita ini.
Sejauh ini belum ada tanggapan dari maskapai Kartika Airlines dari Indonesia yang memesan 30 pesawat jenis Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia. Komisaris yang juga menjabat Direktur Kartika Airlines, Arifin Seman, beberapa waktu lalu mengatakan pihaknya belum mengurungkan niat untuk mendatangkan 30 pesawat Sukhoi Superjet 100 untuk memperkuat armadanya.
Arifin mengungkapkan, pesawat-pesawat tersebut rencananya didatangkan secara bertahap ke Indonesia. "Ya, tahun ini mungkin dua hingga tiga pesawat. Setelah itu bertahap dan pada 2014 diharapkan seluruhnya sudah berada di Indonesia," ujarnya.
Bagi Indonesia nama Sukhoi Superjet 100 ini tak terasa asing lagi. Karena saat melakukan demo terbang pesawat ini jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat, Indonesia, pada 9 Mei 2012, sehingga menewaskan 45 orang yang berada di pesawat tersebut. Hingga kini, hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum dipublikasikan. viv
Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=07175a64289e25cc60baf30ed7832068&jenis=d41d8cd98f00b204e9800998ecf8427e