Warung IW ramai hanya saat lebaran |
Warung IW |
Sejak ditangkap Polda Metro Jaya pada 13.12.2008 di Tuban kemudian dipecat dari pekerjaannya di PT Platinum Ceramics akibat penangkapan itu, IW kemudian memutuskan menjadi Pedagang Kaki Lima (PK5) dipinggir jalan raya Lengkong Nganjuk Jawa Timur.
IW pindah dari Tuban ke Lengkong Nganjuk karena TROUMA akibat intimidasi oleh intel polisi Polres Tuban yang disuruh oleh Ishadi SK, Komisaris Independen Trans TV.
Dengan berpindah dari Tuban ke Lengkong Nganjuk, minimal trouma IW atas penangkapan yang dilakukan oleh Polda Metro Jaya menjadi sedikit berkurang.
Hanya saja yang dihadapi saat ini lebih berat karena IW harus mencari penghasilan dari berjualan Siomay di pinggir jalan Raya Lengkong Nganjuk, depan Kantor Pos Lengkong Nganjuk Jawa Timur.
Memang tidak mudah berjualan Siomay di sebuah desa yang masyarakatnya belum mengenal kuliner.
Masyarakat Lengkong masih berorientasi makan, murah dan kenyang. Tidak mudah bagi IW merubah kebiasaan masyarakat Lengkong untuk menjadikan jajanan atau makanan yang dijual di pinggir jalan menjadi sebuah wisata kuliner.
Dengan wisata kuliner, harga menjadi tidak masalah, bagaimana lidah dapat menikmati makanan yang enak dan lezat.
Kendala lainnya adalah income masyarakat yang kecil dan ini yang membuat daya beli masyarakatnya rendah.
Saat-saat paceklik, sawah tidak menghasilkan, adalah saat berat bagi IW karena perputaran uang menjadi rendah. Akibatnya daya beli begitu rendah dan banyak warung di Lengkong yang kesulitan bertahan.
Masyarakat Lengkong Nganjuk hanya mengandalkan pertanian dan perdagangan untuk mendukung perekonomian desanya. Industri besar belum ada di Lengkong Nganjuk.
Dengan sepinya pembeli di warung mereka, mereka kemudian banting setir untuk sementara waktu, sambil menunggu keadaan perekonomian menjadi baik. Mereka biasanya menjadi kuli bangunan, bekerja di kota atau mencari penghasilan lain yang penting halal.
Keadaan perekonomian di Lengkong hanya baik saat lebaran karena banyak orang Lengkong yang tinggal di kota pulang ke desa. MUDIK.
Dengan mudiknya orang Lengkong yang tinggal di kota, maka suasananya menjadi meriah. Jualan di pinggir jalan semua pada laris.
Ketika lebaran tiba, omzet di warung IW bisa mencapai RP 450.000,- per hari tetapi kalau hari biasa, paling tinggi adalah RP 80.000,- dan paling sepi adalah RP 2.000,-.
Bisakah Anda membayangkan bagaimana kehidupan IW saat ini. Walaupun telah berjalan 3 tahun tetapi warung IW masih berada dalam badai yang dahsyat. Terombang-ambing. Kadang baik, kadang kurang baik.
Ramai dan sepi bagi sebuah warung itu biasa, tetapi dengan hanya mendapatkan RP 2.000,- per hari, IW dan keluarganya bisa makan apa ?
Saat ini, Anda lah yang menjadi harapan pertolongan IW.
Referensikan Blog Ini dengan nama domain : www.kisahhidupiw.blogspot.com