SPC, Jakarta Saturday, April 28th, 2012— Hanya dalam dua tahun terakhir jagad akuisisi dunia usaha Indonesia hampir dikuasai pengusaha papan atas Chairul Tanjung.
Aksi korporasi pengusaha masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia
ini selalu bikin heboh. Asyik untuk diberitakan. Bila di total maka aksi
akuisisi perusahaan maupun saham publik pria yang akrab disapa CT ini
mencapai Rp 4,7 triliun hanya dalam dua tahun terakhir.
Pada April 2010, CT melalui Trans Corp membeli 40% saham PT Carrefour
Indonesia senilai US$ 300 juta atau lebih dari Rp 3 triliun. Sejumlah
bank yang tergabung dalam sindikasi berada dibelakang CT.
Mereka adalah korporasi-korporasi keuangan dunia yakni Credit Suisse, Citibank, JP Morgan, dan ING. Trans Corp sendiri maju melalui PT Trans Ritel, sebuah anak perusahaan Trans Corp di bawah Para Group.
Lantas, komposisi pemegang saham PT Carrefour Indonesia berubah menjadi Trans Ritel (40%), Carrefour SA 39%, Carrefour Netherland BV 9,5%, dan Onesia BV 11,5%.
Akuisisi ini terbilang heboh sebab dua hal. Pertama yang diakuisisi adalah perusahaan asing yang ada di Indonesia. Kedua, akuisisi ini disebut-sebut sebagai bunker perlindungan yang kokoh bagi Carrefour Indonesia. Kenapa? Adalah rival beratnya Hypermart melalui jaringan media Lippo Group rajin melakukan “serangan” kepada beberapa Carrefour utamanya di Megamall Pluit (Jakarta) dan satu lagi di Palembang, Sumatera Selatan. Hasilnya benar, Carrefour terpental di Megamal Pluit.
Aksi bersih-bersih atas gerai Carrefour ini bermula setelah Lippo mengakuisisi PT Duta Wisata, pengelola Pluit Village. Disebut-sebut, anak usaha Lippo Group ini kemudian meminta Carrefour keluar dari Pluit Village. Alasannya, gerai tersebut telah melanggar aturan soal jarak gerai Carrefour dengan pasar tradisional. Sebagaimana diatur oleh Peraturan Daerah Jakarta Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran. Hal serupa terjadi terhadap Carrefour di Palembang Square milik Lippo.
Belum lagi isu-isu pengusaha kecil yang bertumbangan gara-gara hadirnya Carrefour sengaja dihembuskan di media oleh lawan-lawannya di bisnis ritel ini. Merasa tidak tahan dihajar terus, Carrefour kemudian mendapatkan tempatnya yang nyaman yakni CT. Di sini, CT langsung pasang dua Jenderal yang sangat ditakuti yakni A.M. Hendropriyono dan mantan Kapolri Bimantoro.
He he he, gara-gara dua grandle ini, serangan melalui media oleh pesaingnya terhadap Carrefour langsung sepi. Apalagi saat itu Carrefour langsung bergerak cepat merangkul asosiasi pengusaha yang memiliki pengikut UKM terbesar di Tanah Air, yakni Hipmi. Cukup dengan dua “senjata” ini, Carrefour menjadi aman.
Tunggu 5 Tahun Telat
Mereka adalah korporasi-korporasi keuangan dunia yakni Credit Suisse, Citibank, JP Morgan, dan ING. Trans Corp sendiri maju melalui PT Trans Ritel, sebuah anak perusahaan Trans Corp di bawah Para Group.
Lantas, komposisi pemegang saham PT Carrefour Indonesia berubah menjadi Trans Ritel (40%), Carrefour SA 39%, Carrefour Netherland BV 9,5%, dan Onesia BV 11,5%.
Akuisisi ini terbilang heboh sebab dua hal. Pertama yang diakuisisi adalah perusahaan asing yang ada di Indonesia. Kedua, akuisisi ini disebut-sebut sebagai bunker perlindungan yang kokoh bagi Carrefour Indonesia. Kenapa? Adalah rival beratnya Hypermart melalui jaringan media Lippo Group rajin melakukan “serangan” kepada beberapa Carrefour utamanya di Megamall Pluit (Jakarta) dan satu lagi di Palembang, Sumatera Selatan. Hasilnya benar, Carrefour terpental di Megamal Pluit.
Aksi bersih-bersih atas gerai Carrefour ini bermula setelah Lippo mengakuisisi PT Duta Wisata, pengelola Pluit Village. Disebut-sebut, anak usaha Lippo Group ini kemudian meminta Carrefour keluar dari Pluit Village. Alasannya, gerai tersebut telah melanggar aturan soal jarak gerai Carrefour dengan pasar tradisional. Sebagaimana diatur oleh Peraturan Daerah Jakarta Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran. Hal serupa terjadi terhadap Carrefour di Palembang Square milik Lippo.
Belum lagi isu-isu pengusaha kecil yang bertumbangan gara-gara hadirnya Carrefour sengaja dihembuskan di media oleh lawan-lawannya di bisnis ritel ini. Merasa tidak tahan dihajar terus, Carrefour kemudian mendapatkan tempatnya yang nyaman yakni CT. Di sini, CT langsung pasang dua Jenderal yang sangat ditakuti yakni A.M. Hendropriyono dan mantan Kapolri Bimantoro.
He he he, gara-gara dua grandle ini, serangan melalui media oleh pesaingnya terhadap Carrefour langsung sepi. Apalagi saat itu Carrefour langsung bergerak cepat merangkul asosiasi pengusaha yang memiliki pengikut UKM terbesar di Tanah Air, yakni Hipmi. Cukup dengan dua “senjata” ini, Carrefour menjadi aman.
Tunggu 5 Tahun Telat
Ini dia ucapan CT yang akan terus diingat orang dalam akuisisi
Detik.com. ”Akuisisi ini kalau tunggu lima tahun lagi pasti telatlah.”
Tanpa ba bi bu, CT pun langsung setuju akuisisi portal berita
papan atas nasional Detik.com. Menurut informasi orang dalam Detik,
hanya butuh dua kali pertemuan antara CT dan pemilik Detik.com Budiono
cs.
Awalnya putra pengusaha nasional Aburizal Bakrie, Anindya Bakrie
kepincut dengan Detik.com yang memang sedang “naik daun.” Meski sudah
punya Vivanews, Anin—begitu dia disapa oleh para pengusaha
sebayanya—belum puas. Anin pun mendekati Detik.com.
“Sayangnya Anin masih berputar-putar. Belum jelas sasaranya apa. CT nyalib dan to the point, eksekusinya cepat,” ujar sumber Suarapengusaha.com.
CT awalnya menawarkan US$ 30 juta. Namun ramai-ramai pemegang saham
menolak. Maka CT pun menaikkan menjadi US$ 60 juta. Maka muncullah
transaksi akuisisi media portal online terbesar dalam sejarah republik
senilai mUS$ 60 juta atau setara dengan Rp 512,82 miliar dengan kurs
waktu itu Rp 8.547 per dolar AS. Budiono, muncul jadi miliarder dadakan.
Setelah akuisisi itu, CT berusaha menjaga aura pemberitaan Detik.com
yang lama. Makanya CT betul-betul “menjaga” bagian redaksi.
Gara-gara transaksi Detik.com ini, pasar berita online naik terus.
Berlomba-lombalah para pengusaha membuat portal berita online. Di sisi
lain, permintaan akan sumber daya manusia berita online meningkat tajam.
Wartawan-wartawan Detik .com dibajak.
Melihat tren itu, CT tidak tinggal diam. Ya itu tadi, dia menjaga
dapur Detik.com yakni redaksi. Gaji awak redaksi Detik.com pun dinaikkan
100%. Di sisi lain lagi, sebab dana pembelian Detik.com ini harus mulai
dicicil ke perbankan, bagian bisnis utamanya sales digenjot. Dari sisi marketing, Detik.com pun langsung membenahi desain tampilannya sehingga kelihatan lebih kinclong.
Bank Sulut
Di akhir 2011, CT kembali bikin gebrakan. Melalui Mega Corpora dia
mengambil saham Bank Sulawesi Utara (Bank Sulut) sebesar 30% yang akan
dilakukan dengan dua tahap. CT bilang, bahwa prospek ekonomi di Indonesia Timur sedang top-topnya. CT pun menyuntik Bank Sulut senilai Rp 134 miliar.
Ekspansi CT ke kawasan timur memang bukan kali ini saja. Di Makassar,
CT membangun TransStudio senilai Rp 8 triliun bekerjasama dengan
perusahaan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ditambah lagi PT Bank Mega
Tbk sudah sejak lama memiliki cabang-cabang yang banyak di timur
Indonesia.
Yang bikin aksi korporasi CT tambah spektakuler dan menghebohkan
adalah dia membeli 10,28% saham publik PT. Garuda Indonesia Tbk dengan
harga tawaran tertinggi Rp 620 per lembar. Padahal saham ini sudah
ditawarkan ke kiri dan ke kanan tapi belum juga laku-laku.
Tak urung, Menteri BUMN Dahlan Iskan ikut turun tangan menawarkan
saham Garuda kepada pengusaha kakap lokal. Munculah nama-nama investor
dari kalangan pengusaha nasional yaitu Sandiaga Uno (Saratoga Capital),
Rahmat Gobel (Panasonic Gobel), Aburizal Bakrie (Bakrie Group), dan Hari
Tanoesodibjo (MNC Corporation).
CT langsung menyisihkan empat calon investor di atas. CT memborong
seluruh saham Garuda yang ditawarkan tiga perusahaan sekuritas yaitu PT
Mandiri Sekuritas sebanyak 400 juta lembar, PT Bahana Securities,
sekitar 900 juta lembar, dan PT Danareksa Sekuritas sekitar 900 juta
lembar saham.
Transaksi pembelian saham Garuda dari tiga perusahaan sekuritas itu
difasilitasi oleh Credit Suisse Securities Indonesia. Seluruh saham
diborong CT senilai Rp1,53 triliun. Ke Garuda, CT masuk melalui anak
usaha CT Corporation, PT Trans Airways. Trans Airways inilah yang
mengelola pesawat jet pribadi CT berbasis di Halim Perdana Kusuma.
Setelah ini, kemana lagi CT akan takeoff dan landing bersama CT Corpnya? (SPC-05)
Aksi Akuisisi CT Corp Dua Tahun Terakhir:
Carrefour | Rp 3 Triliun |
Detik.com | Rp 512,82 Miliar |
Bank Sulut | Rp 134 Miliar |
Garuda (Saham) | Rp 1,53 triliun |
Total | Rp 4,699 Triliun |
Sumber: SPCintelligentUnit.
http://suarapengusaha.com/2012/04/28/kisah-dibalik-akuisisi-spektakuler-chairul-tanjung-rp-47-triliun/